Perihal yang tidak akan selesai
Perihal yang tidak akan selesai
Ingatan kembali mencuat muncul di permukaan memori. Di surut yang agak dalam, kembali tersibak ingatan itu. Hari-hari berat yang dilalui, seorang diri dan tentu bersama ilahi. Harapan yang terus dimunajatkan, bahwa segeralah berganti hari supaya esok tidak lagi menjadi misteri.
Rupanya itu belum selesai
Masih ada perempatan, yang kelok, tikungan yang tajam dan menanjak. Masih ada hambatan, Medan sirkuit yang nyaris lebih berbahaya dari sirkuit balap. Masih ada rintangan, alur cerita baru yang mengalir sendu, pada ingatan-ingatan baru, yang tidak semuanya baik barang tentu.
Aku memikulnya selalu. Meski kerap terasa berat di pundak, meletakkannya rasanya tidak adil, mengistirahatkan diri dengan tenang rasanya seperti nadir, namun pikiran tetap kesana arahnya. Rupanya, dunia memang tempatnya begitu. Luka, duka, air mata, kecamuk, pilu, sendu, membiru, rindu, tawa, bahagia, dan cinta tidak seberapa banyaknya.
Tapi, semoga selalu paling banyak jumlahnya, paling tinggi intensitasnya,
Tapi, syukur selalu harus dirasa, supaya jiwa terus hidup dalam cukup, supaya raga terus sehat tanpa obat.
Penawarnya hanya satu, ikhlas~
Entah, bentuk ikhlas sebagaimana lagi ekspektasi nya, entah bentuk ikhlas yang sebagaimana lagi yang tersisa. Semoga, sekali lagi aku langitkan
Kepada esok yang tidak ku ketahui seperti apa rupanya, semoga aku tetap berdiri di kaki ku sendiri, semoga hati nurani ku tetap ada dan tidak menyakiti, semoga mata tetap bersedia menatap banyak harap dan enggan pergi meninggalkan banyak tanya begitu saja.
Kepada esok yang tidak ku ketahui seperti apa rupanya, semoga aku tetap menjadi aku yang rengkuh dalam jiwa nya, semoga aku selalu mampu menghangatkan dingin, meski tak seberapa temperatur nya, semoga aku selalu mampu memberi cahaya meski tidak seberapa terangnya, semoga aku selalu mampu menjadi insan yang tulus meski tidak seberapa bentuknya.
Kepada perihal yang tidak pernah usai, pernyataan selesai seperti domino labirin menyesatkan. Namun, lanjutkan juga bukan jawaban pasti. Lagi-lagi aku terjebak, dalam anganku sendiri. Bumi tidak pernah adil, dunia memang beginilah adanya,nak. Ingatlagi, jangan terlena, jangan terbuai, ini semua tentu akan berakhir, meski katanya yang fana adalah waktu. Manusia, abadi.
Komentar
Posting Komentar