Orbit
Akhir-akhir ini kepala ku kecamuk, kau tahu isinya tidak lain dan tidak bukan adalah perihal teman-teman sekelasku semuanya mengikuti tes CPNS. Sedangkan, aku tidak boleh mengikuti skd CPNS karena menerima Beasiswa yang terikat dengan kontrak selama 2 tahun kedepan. Di satu sisi, aku sangat senang dan merasa beruntung bisa melanjutkan pendidikanku dengan di biayai oleh negara, tidak mengeluarkan uang orang tuaku untuk UKT, BIaya hidup dan biaya buku. Namun, kau tau aku juga cukup khawatir dengan masa depan yang tidak ku ketahui seperti apa rupanya itu. Entah aku akan melewati badai sulit apa dihadapan sana. Namun, aku kokoh kan lagi hatiku bahwa hari esok adalah Kuasa Allah, sebagai manusia kita harus merencanakan yang terbaik, berikhtiar untuk yang terbaik dan meminta pada-Nya. Karena, akhir dari semuanya ini tetap keputusan-Nya.
Alhamdulillah, uang beasiswaku sudah cair untuk perkuliahan di semester 1 ini. Alhamdulillah sudah aku belikan dengan kepentingan kuliah ku yaitu lebtob. Dan yaaa, ini adalah tulisan pertama yang aku hasilkan dari lebtob baruku. Alhamdulillah, sebuah kesenangan bisa menyampaikan pada mama ku bahwa aku bisa membeli lebtob impianku beberapa tahun lalu dengan jerih payahku sendiri. Tidak lupa aku menyombongkan pada adik-adikku barangkali bisa menyentil benak mereka untuk selalu rajin dan bersemangat mengejar masa depan yang masih dan akan terus layak diperjuangkan itu.
Alhamdulillah, tidak ada yang bisa aku sampaikan selain itu. Dulu, membayangkan bisa melanjutkan kuliah S2 seperti sebuah perihal kurang ajar bagiku yang masih punya 4 adik yang sedang bersekolah dan menempuh pendidikan. Ayahku adalah seorang PNS pemda yang disela waktunya juga berprofesi sebagai petani, mamaku adalah seorang guru SD PNS yang sudah bertugas lebih dari 20 tahun. Dan, yaaaaa ! aku terjebak di sini pun dikarenakan iming-iming mama ku bahwa menjadi guru SD itu menyenangkan, pulang sekolah sekitar jam 1 setelah zuhur, banyak liburnya, punya pendapatan besar karena sertifikasi dan kemewahan lainnya. Dan, Sovi 4 tahun yang lalu merupakan bocah SMA yang sedang bingung akan melangkahkan kakinya kemana. Hingga aku mendapatkan undangan Kedokteran di 4 Universitas di Indonesia yang tentu saja tidak bisa disambut dengan hangat karena UKT nya 24 juta kwwkwk, sebuah ilustrasi rumit saat aku ingat lagi sekarang, namun kala itu Sovia harus merelakan mimpinya sedari kecil untuk menjadi dokter karena mengakurasi UKT dan biaya perwujudannya yang maha untuk ukuran keluargaku.
Aku tidak berkecil hati, ku coba di pintu-pintu yang lain. Aku akhirnya mendaftar kan nilai rapot dan prestasiku di SPANPTKIN dan ternyata aku diterima di UIN Raden Fattah Palembang di jurusan PGMI. Namun, ternyata itu juga tidak menjadi takdirku, karena ayahku tidak membolehkan aku berkuliah jauh (Palembang ditempuh dalam waktu lebih kurang 9 jam dari rumahku). Tidak apa, masih ada pintu lainnya pikirku.
Hingga yang tidak pernah aku sangka adalah aku bimbang dan tidak tahu akan melaju kemana. Karena sudah banyak pintu yang ternyata tidak bisa aku masuki dan jalani sebagai takdirku. Ditengah kebimbangan itu, mamaku menyampaikan kalau aku sebaiknya ikut SBMPTN yang merupakn seleksi bersama masuk perguruan tinggi dengan jalur tes. sehingga, aku mengikutinya dengan 2 prodi yang kulipih saat itu yaitu PGSD dan Akuntansi. Akupun mengikuti tes SBMPTN di Unib pada 5 Juli 2020, pada sesi 1 hari pertama. Dan di dalam hati aku berdoa kepada Allah kalau memang ini yang baik bagiku dan bisa membuat mamaku bangga maka bantulah aku untuk lulus yaallah. Aku pasrahkan semuanya, menjawab soal yang panjangnya bahkan melebihi kapasitas layar komputer. Dan pada saat yang sama aku lupa membawa kacamataku.
Namun, semua keragu-raguan itu diyakinkan oleh Allah sendiri dengan cara-Nya yang tidak bisa kita sangka-sangka. Aku lolos di urutan ke 7 dari 100 lebih yang lolos dan dari sekian ribu pelamar di prodi PGSD. Sebuah fakta yang membuat aku akhirnya menerima realita bahwa inilah jalanku. Akhirnya, lambat laun aku mengikhlaskan cita-citaku menjadi dokter dan menggantinya dengan menjadi dosen. Entah bagaimanapun caranya, pikirku.
Akhirnya aku menyelesaikan pendidikanku pada 1 Februari 2024, sidang sebagai wisudawan Maret di periode 105 UNIB. Sebuah hal yang kutunggu, sebab jalanan dihadapan sana masih abu-abu rupanya. Sekian banyak perjalanan membawaku menemui manusia dengan beragam karakter dan isi pikir. Membuat aku semakin yakin pada diriku, mimpiku dan masa depanku. ketakutan tentusaja lalu lalang dikepala, namun itu semua harus aku hadapi. Sebab sekarang rasanya sangat "bersyukur" menjadi mahasiswa magister yang dulu sangat aku semogakan itu. Dulu aku selalu mengkerdilkan diri, berpikir bahwa untuk melanjutkan pendidikan s2 tentu perlu biaya yang besar, belum lagi adik-adikku sekarang sedang kuliah dan sekolah. Dulu, aku bingung apakah aku akan sampai pada semoga-semoga ku itu. Dulu aku berkcil hati, sebab aku beberapa kali merekalan mimpiku, merela kan banyak kesempatan yang hanya bisa dirasakan sekali saja, seperti pergi Student Mobility ke 4 provinsi bersama teman seangkatan, tetapi tidak aku ikuti karena aku memikirkan biayanya sebab adikku Pajri sedang Maba. Akupun absen pada agenda perjalanan stody tour ke Padang, hehee karena aku mengikuti Kampus Mengajar, Alhamdulillah. Ternyata buah dari kesabaran adalah indah. Terimakasih yaallah, sekarang duduk sebagai mahasiswa magister, bisa mengakses pendidikan dengan bertemu orang-orang keren, dan menyadari bahwa bumi Allah ini luas, Rezeki-Nya pun terbentang luas, maka aku tidak boleh berpikir kecil, kerdil dan tidak boleh berputus asa.
Yallah terimakasih banyak ya. Sekarang aku bisa menjadi Mahasiswa Magister yang dibiayai Negara, tidak membebani ayah mamaku, semoga ini menjadi langkah awal dari perwujudan impian-impianku. Pelajaran yang sangat aku dalam aku dapati adalah setiap manusia punya lintasan orbitnya sendiri, seperti planet-planet di ruang angkasa, tidak akan bertabrakan, tidak saling mengambil lintasan, melaju pada poros dan waktunya sendiri-sendiri. Begitu indah jika punya pemikiran seperti ini, supaya kepala tidak isinya tentang nikmat orang lain yang terasa lebihnya saja. supaya hati tidak dihingapi benci dan iri, hasad dan hasud atas nikmat orang lain. Menerima dengan ikhlas semua yang menerpa diri dengan terus berikhtiar untuk hidup yang lebih baik. Tidak dibandingkan dan tidak membandigkan, sebab kita tentu punya ukuran sepatu yang berbeda. Kita tentu punya kecepatan berjalan yang tidak sama, kita tentu puya istimewa nya sendiri. Dan kita tentu punya "orbit"nya sendiri. Sebab, mengkerdilkan diri dengan merasa orang lain hidupnya "lebih indah" akan membuat isi kepala dan isi hati berpotensi dihinggapi benci, iri, dan kau tau rumput tetangga akan selalu tampak lebih hijau, jadi tidak akan ada habisnya mengejar itu semua, fokuslah bertumbuh dan menjadi dirimu. Hiduplah untuk hidupmu !
Komentar
Posting Komentar