Cerita untuk Februari ditanah merah penuh arti

 




5 sampai 12 Februari, beberapa hari yang lalu menjadi kisah yang mengesankan untuk diriku secara pribadi. Karena, menjadi bagian dari manusia-manusia yang menginvestasikan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membumi, hidup dalam kesederhanaan didesa yang cukup jauh dari hingar bingar kota.

Sebuah desa kecil yang secara geografis letaknya ada di Kecamatan Semidang Alas,Kabupaten Seluma yang jarak tempuhnya kurang lebih 3 jam dari Kota Bengkulu. Desa dengan tanah yang cukup kering berwarna merah, yang mengantarkan aku pada cerita dan pengalaman baru sebagai bagian dari proses bertumbuh demi hidup dalam 20 tahun yang berarti. Sepanjang jalan kami disuguhkan hamparan kebun sawit yang kokoh, jalanan yang terkadang sedikit berlubang dan rusak, beberapa sungai dengan warna jernih, dan tampak bebatuan didasarnya, persawahan yang tidak sebanyak didaerah ku, dan tentu saja tanah merah, karena cuaca yang panas. 3 jam tentu saja bukan waktu yang lama bagiku yang terbilang cukup biasa menempuh perjalanan ke kota ibu ku yang bisa memakan waktu sampai 8 jam, namun, kali ini nuansanya baru dan menjadi tantangan tersendiri untukku.

Pertama, aku melakukan perjalanan seorang diri.Maksudku aku memang pergi Bersama 13 orang dari tim ku. Namun, ini adalah perjalanan pertama seingatku yang aku lalui seorang diri tanpa keikut sertaan ayah, ibu maupun adikku. Sehingga, semua persiapan keberangaktan aku siapkan sendiri.

Kedua, dalam organisasi ini aku tidak mengenal orang lain, kecuali 1 orang yang juga aku kenal baru-baru ini saja. Syofiana, teman dari teman ku, yang aku kenal di awal pendafatran aku dalam organisasi ini. Si ibu guru PKN cantik yang nanti juga banyak menjadi bagian dalam cerita perjalananku kali ini.

Ketiga, aku cukup sulit untuk mencari ide obrolan dengan orang baru. Sehingga, suasana baru dan canggung sudah beberapa kali harus aku tenggak sebagai bagian dari proses menyeimbangkan diri dengan lingkungan.

Namun lagi-lagi aku mencoba menguatkan diri bahwa inilah proses bertumbuh yang harus aku jalani, meski tidak semuanya mudah. Perjalanan ini tentu saja menjadi cerita bersejarah karena aku Bersama teman-teman tim ku mampu membuat runtutan kegiatan yang dikemas apik dan ciamik, berbagi ilmu dan pengalaman kami kepada anak-anak desa yang masih terasa ketulusan hatiya, ikut serta dalam kegiatan masyarakat desa, seperti pengajian, Ta’ziah, bersih-bersih desa dan gotong royong membersihkan masjid. Tidak sampai disitu, diakhir kegiatan pun kami membaur membantu kegiatan masak-masak yang merupakan inisiatif guru-guru dan siswa untuk menjadi acara penutup dan perpisahan setelah 7 hari menjadi bagian dari masyarakat disana.

Tentu yang ingin aku sampaikan jauh lebih banyak daripada ini. Ini hanya sepenggal kisah saja, yang ingin aku tuliskan diblogku sebagai pengingat kalau besok kita sudah berada di bulan Maret. Aku harap Maret ini bisa aku lalui dengan baik, meski aku sudah tau tidak semua isinya adalah tawa dan Bahagia. Senang sekali bisa berada di tahap ini, menempa diri untuk terus menjadi orang-orang berhati lapang, membumi, hidup dalam keluasan cakrawala berpikir dan perspektif. Ayooo Sovi, banyak hal baik yang harus kau ikuti, banyak orang baik yang harus kau temui, Teruslah mengupgrade diri. Karena belajar tidak hanya dalam ruangan kelas, disertai buku dan pena saja, tapi belajar dilakukan sepanjang hayat, dimanapun dan kapanpun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu yang Baik Untuk Kisah Yang Pelik

Perihal yang tidak akan selesai

Ad-Dunya