Rindu yang Baik Untuk Kisah Yang Pelik

 


Rindu yang  Baik Untuk Kisah Yang Pelik

April, 24,2021

Huft, April yang membara sudah melewati pertengahan dengan apa adanya. Tapi, rasanya aku tidak beranjak kemana-mana, masih disini dengan tetap menanti kelanjutan novel yang aku beli dengan sistem Pre-Order awal tahun kemarin. Kau tahu, sebuah kegembiraan adalah ketika aku bisa membaca huruf demi huruf yang tersambung membentuk untaian kata bermakna, di dalamnya banyak tergambar dengan konkrit pengalaman demi pengalaman yang kemudian bisa aku tafsirkan berdasarkan pemahaman ku sendiri.

Hari yang cerah, lagi-lagi sebuah paket mendarat kerumahku dari Gramedia Pustaka yang sekarang sudah merambah dunia pasar online untuk mencerdaskan kehidupan dengan lembaran-lembaran cinta yang lazim disebut buku. 2 buah novel karya Boy Candra yang fenomenal dijagad pernovelan. Rindu yang Baik Untuk Kisah Yang Pelik, dan Ingkar adalah 2 novel yang aku tunggu dengan segenap kesabaran karena untuk bisa ikut pre-ordernya aku berkali-kali harus dengan tabah mendapati list produk habis wkwkwk tapi tak apalah aku bisa mendapatkannya sekarang.

Sebetulnya tidak banyak yang bisa aku ulas mengenai novel itu, aku hanya akan mengulas secara umumnya saja. Tidak bisa dikatakan resensi karena aku tidak akan menilai novel tersebut, karya yang menarik sekaligus keren dengan kalimat dan penggambaran yang sederhana apa adanya.

Setiap karya tulisan, entah novel, puisi antologi dsb menurutku semuanya selalu bisa ditafsirkan sebagai penjabaran nilai kebaikan. Tapi, baik dan buruk kadang hanya seperti kertas tipis yang kerap sulit dibedakan, hanya tergantung dari perspektif cara kita melihatnya saja. Hal-hal yang baik menurutku, belum tentu baik menurutmu. Dan sebaliknya. Mungkin cara kerjanya memang begitu, tak usah direpotkan.

Salim, pemuda 23 tahun dengan perawakan tinggi, rambut sedikit gondrong khasnya ialah sosok anak yang amat berbakti kepada ibunya. Mungkin sebagian orang yang melihat penggambarannya tersebut, akan terpikirkan bahwa ia sosok yang garang ataupun sangar. Padahal, menurutku kita tidak bisa menilai orang dari tampilan luarnya saja. Isi hati dan isi kepala tidak selalu bisa ter-refresentasi kan dengan penampilan. Usahanya adalah sebagai pebisnis fashion, dengan brand merk Limis.

Dan penggambaran tokoh Birni Hidayah, perempuan yang sederhana, yang ditemukan Salim ketika duduk sebagai siswa SMA. Mereka berada dalam kelas yang sama, mereka berteman dan karib hingga pada akhirnya Salim menyatakan diri bahwa ia tidak bisa menganggap Birni hanya sebatas “Teman”. Birni, anak yang memiliki jiwa petualang tinggi. Memiliki konflik keluarga, dan tidak tumbuh secara normal seperti kebanyakkan anak perempuan lainnya yang biasanya akan menghabiskan waktunya dengan hang-out sana sini dengan gengnya. Birni, perempuan yang tegar, menghadapi kepelikan hidupnya dengan tenang dan dewasa. Dan Salim, pada masa itu adalah anak yang hampir dianggap tiada oleh sebagian besar penghuni sekolah, karena beliau bukan golongan anak yang berotak cemerlang, dan bukan anak yang tergolong nakal. Karenanya, kehadirannya kadang dianggap sekedarnya, dan biasa saja. Tapi, Aku yakin kalau setiap orang punya keistimewaannya sendiri, yang kadang tidak semua orang mampu menangkap keistimewaaan tersebut. Keistimewaan yang kadang dari sikap sederhananya, dewasanya atau bahkan sikap biasa nya lah istimewa itu tergambar dengan nyata.

Setelah lulus sekolah, mereka berpisah. Tidak saling mencari,dan tidak saling mengabari tapi saling menemukan. Ternyata, manusia hanya pembaca tanda-tanda Nya yang agung. Kita menapak pada semesta, lalu semesta bekerja untuk orang-orang yang telah digariskan untuk berjumpa.

Dan kalian tau, Novel ini berkelanjutan dengan judul lanjutannya “Kisah Yang Pilu Untuk Kita Yang Ragu”. Ahhh, Rasanya aku tak bisa menunggu Pre-Order lagi, tentu saja aku ingin tau bagaimana Birni dan Salim setelah bertemu lagi?. Mari kita tunggu saja kelanjutannya dengan penuh kesabaran, sembari aku membuat ulasan novel “ Ingkar ”.

Semburat rindu, ternyata diam-diam telah membuat semangatnya menyala-nyala. Demikianlah cinta disebut sebagai energi baik dan akan terus membawa kearah yang baik, bila di refresentasi kan dengan baik. Namun, jika menyakiti dan menggerogoti, introspeksi lah. Jangan-jangan itu bukan cinta , melainkan obsesi.

(Kalimat parafrase yang merupakan ikhtisar dari pernyataan di buku “Sajak Cinta” yang aku baca entah kapan).

Selamat Malam. Jangan Lupa Sahur !

Komentar

  1. Ehhh yg hobinya baca dan saya pun sama��, bedanya anda memiliki modal dan saya geratisan��, enak yg baca yg kek gitu? Gak mau nyoba novel novel roman ��, seru VII biar pun jomblo bisa jadi pakar cinta versi novel����‍♀️����, semangat yah kuliahnya, kalo tertarik nanti hubungi saya.
    Si bar bar��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa si bar bar kwkwk. Makasih udah mampiir. Biar pun jomblo, tetap menambah ilmu cinta hahahaa. MonMaap, ini blog gratis kok. Yg modal itu beli bukunya😂

      Hapus
  2. Salam Literasi.
    Semangat menulis, tetaplah berkarya dan membaca. Ini tulisan paling deep meaning 🥰

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perihal yang tidak akan selesai

Ad-Dunya