Aku si pemberani

Katakanlah aku, remaja usia 17 tahun yang amat pemberani. Bukannya aku begitu sombong menilai diriku sedemikian hingga, tapi begitulah kenyataannya. Jika orang seusiaku akan menangis tersedu bila kedua orang tuanya ingin berpisah, tidak halnya dengan aku. Aku hanya berpikir mungkin itulah yang terbaik. Aku kira,kita tidak bisa memaksa orang untuk selalu seperti yang kita harapkan. Karena bagaimanapun kita meminta mereka tetap bersama,jika mereka tidak bisa tetaplah kita tidak ada kuasa untuk memaksa. Memaksa dua orang untuk tetap bersama adalah hal yang mengerikan yang ada di pikiranku. Mereka akan saling menyakiti, menggerogoti jiwa mereka dalam tampilan semu. Dan aku tak mau itu. 

Aku pikir di luaran sana banyak anak yang menyandang gelar "broken home" aku percaya itu. Tapi, sebetulnya kita hanya perlu memandang sisi yang lain dari keadaan yang pahit itu. Mungkin itu adalah skenario yang di takdirkan-nya untuk menjadikan mereka itu istimewa. Istimewa sabarnya,istimewa tanggung jawabnya serta istimewa se-istimewa kota Yogjakarta.


Siapapun kita, apapun yang terjadi dalam hidup kita,tetaplah kita untuk bersyukur. Selalu menatap ke depan, percaya bahwa yang di haruskan Tuhan ialah segala yang terbaik. Menjadi pemberani menapaki hari-hari meski dalam sunyi sepi dan sendiri. Janganlah takut,karena ada banyak keindahan yang akan kita jumpai setelah kesabaran yang tak terhitung lagi.

Ini untuk Aku,Kamu dan Kita semua yang dirundung rasa "kecewa" terhadap keadaan. Tapi tetap di paksa untuk menjadi "berani".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu yang Baik Untuk Kisah Yang Pelik

Perihal yang tidak akan selesai

Ad-Dunya