Sepotong Hati yang Baru

 

Sepotong Hati yang Baru

Hallo sungguh amat lama tidak bersua dengan kalian para pengunjung blog dengan tulisan yang aku sadari betul masih belum seberapa ini. Hari ini aku akan bercerita tentang perjalanan 21 tahun lebih hampir 2 bulan dan perjalanan merelakan kepergian sepotong hati dengan harapan akan hadirnya hati yang baru. Hati yang benar-benar baru, tidak terbersit setitik benci, iri, ujib, hasad dan penyakit ‘mematikan” lainnya.

Aku sadari betul bahwa dunia ini tidak dipenuhi dengan hal-hal yang abadi/selamanya. Tentu akan terjadi perubahan yang sadar atau tidak sadar kita alami. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka akan selalu terjadi. Manusia pun merupakan makhluk dinamis, yang bisa saja berubah seiring berjalannya waktu. Berubah bukan tanda tidak adanya konsistensi, melainkan perubahan dioerlukan agar manusia terus eksis pada zamannya. Berubah tentu saja bukan hanya fisik nya dari anak-anak menuju remaja, remaja menuju dewasa, dewasa menuju renta hingga akhirnya tiada. Melainkan juga perubahan didalamnya. Aku tidak berbicara soal yang didalam, seperti sel/neuron/syaraf/dll melainkan prinsipnya, pandangannya, dan pilihannya. Ya! Aku berpikir kalau manusia bisa berubah prinsipnya/pendangannya/pilihannya, misalnya saja pada suatu waktu seseorang memutuskan untuk berpandangan kalau ternyata menikah muda bukanlah trend yang harus dipenuhi untuk terlihat kekinian semata, melainkan butuh persiapan matang yang ekstra didalamnya. Namun, seiring berjalannya waktu pengalamannya bertambah, nasihat yang dia dengar bertambah, kejadian yang ia saksikan juga bertambah, sehingga bukan tidak mungkin kalau keputusannya pun ia ralat. Pandangannya mengenai menikah yang “agak ribet” itu menjadi lebih sederhana, semisal tidak perlu mencapai target penghasilan tertentu, karena nantinya bisa diupayakan bersama dan alasan lainnya. Artinya, manusia itu dinamis! Tidak konstan! Tidak tetap! Dan aku akan kembalikan pada poin pertama “tidak ada yang abadi dibumi”

Begitu juga dalam ilmu pengetahuan. Bukan kah kecanggihan teknologi hari ini telah mengambil banyak peran dan kedudukan manusia. Bukankah hari ini teori-teori penemuan terus mengalami keterbaruan sesuai dengan relevansi zaman. Contohnya teori tentang membuang sampah pada zamannya yang sangat berpengaruh sekitar 10 tahun lalu, seolah merupakan wejangan terbaik yang bisa diingatkan guru kepada siswa. Tapi hari ini, teori buanglah sampah pada tempatnya sudah tidak lagi relevan terhadap zaman. Karena, sekarang ini perubahan iklim merupakan hal yang cukup mengancam keberlangsungan hidup manusia mengingat kerusakan alam bukanlah hal yang remeh dan kerap terjadi dibelahan bumi manapun. Sehingga, membuang sampah pada tempatnya tergantikan dengan teori-teori baru seperti “ayo diet sampah plastic”, "kurangi sampahmu, selamatkan bumi kita" , dan slogan-slogan lainnya. Slogan yang mengindikasikan bahwa bukan hanya sampah plastic yang dibuang pada tempatnya saja, melainkan memang mengurangi adanya sampah plastic tersebut. Karena dampaknya sangat buruk terhadap lingkungan, bahkan diberbagai media ditemukan plastic dalam perut ikan paus, menyebabkan banjir dan membuat kali ciliwung menjadi sungai terkotor. Artinya, dunia telah berubah, banyak hal telah berubah. Suhu bumi telah meningkat, industri tekstil meningkat pesat, manusia kian hari kian menjadi-jadi dengan gaya hidup dan pilihannya.

Semua hal memang harus berubah sesuai dengan zamannya. Tidak ada yang abadi dibumi, kembali aku gaungkan sebagai pengingat untuk diriku sendiri bahwa tidak ada yang abadi. Kesedihan, kesenangan semuanya hanya fase yang harus dilalui. Tidak ada yang abadi dibumi. Kepayahan menuntut ilmu hari ini juga merupakan bagian dari perubahan yang harus aku jalani, Kehilangan teman/sahabat/karib/kerabat juga merupakan bagian dari perubahan diri yang tidak perlu dipandang negatif, melainkan merupakan proses perubahan dan perjalanan hidup yang memang sudah tidak lagi relevan. Mungkin kehilangan teman/sahabat merupakan tanda bahwa tidak lagi ada topik obrolan yang relevan untuk dibicarakan, bukan tanda kebencian, ketidaksukaan dll, tapi sesederhana “sudah bukan zamannya” lagi. Kurasa mindset ini membuat aku bisa lebih ikhlas dalam menerima apa-apa yang hilang. Dan lebih siap menerima apa-apa yang akan datang. Karena, tidak ada yang abadi dibumi. Kehilangan teman akan digantikan dengan teman-teman baru yang lebih relate dan relevan dengan kondisi diri hari ini. Bukan soal benar atau salah, hanya soal “sudah bukan zamannya” lagi. Sepotong hati yang baru telah aku ikhlaskan bersama dengan tumbuhnya mindset ini, berganti dengan hati yang baru, yang memandang dunia sesuai porsinya, sesuai zamannya, dan kembali menambah mantra penguat jiwa tidak ada yang abadi dibumi. Manusia makhluk dinamis, bisa berubah kapan saja, bisa berkhianat kapan saja, bisa pergi kapan saja. Dan itu semua di luar kendali kita. Satu-satunya yang dapat kita kendalikan adalah bagaimana kita menanggapi semua itu. Be with beautiful mind, Be wise and Be Mindful ! Selamat 21 tahun Sovi ! selamat mendewasa!Life must go on!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu yang Baik Untuk Kisah Yang Pelik

Perihal yang tidak akan selesai

Ad-Dunya