Maybe it will be the last?
Hai, lama sekali tidak berbincang di sini. Tempat di mana 16.000 kata ku tercurah kan, namun akhir-akhir ini banyak hal 'agak" sulit yang harus aku lalui. Pasca libur lebaran idul adha ini, aku sakit dan harus Bed rest total, aku diberi 5 macam obat yang ukurannya besar-besar sekali, bahkan dosisnya pun aku rasa sangat tinggi. Sebab setelahnya, aku keliyengan dan mual parah. Aku didiagnosis sakit lambung. Perutku memang banyak kesulitannya, entah itu perih, asam lambung tinggi, mual, dan sering berbunyi meski tidak dalam keadaan lapar. Aku juga bhakan sering sekali tidak bisa membedakan rasa lapar yang biasa terjadi, nafsu makanku sangat kacau, aku tidak berselera memasukkan apapun ke dalam mulut ku dalam jangka wantu yang lama. Tapi, sekarang sudah cukup membaik.
Aku ingin menceritakan perjalanan menuju Magister ku. Alhamdulillah, aku sekarang sudah berada di semester 3 (akan resmi setelah mengisi KRS nanti). Aku tetap dengan penuh keyakinan untuk mengambil konsentrasi IPS, dengan bimbingan Prof. Badeni. Alhamdulillahnya lagi, setelah aku melakukan bimbingan dengannya selama 11 kali, akhirnya penelitianku di ACC untuk bisa dilanjutkan ke pembimbing pendamping. Sebuah kebahagiaan yang tidak terkira, bahwa perjalanan bimbingan ini yang awalnya mendapat banyak penolakan akhirnya tampak ujungnya pula. Aku senang sekali, aku kemudian melanjutkan bimbingan ke dosen PP ku, dan insyaallah akan di ACC setelah 1x pertemuan lagi. Aku sedang mengurus berkas administrasi agar segera bisa seminar proposal. Doakan aku ya, semoga schedule ku sejalan dengan Rencana-Nya.
Malam ini terasa panjang sekali, aku sudah membolak balik badan ku berputar entah pada rotasi ke berapa untuk bisa terpejam pulas, namun tetap tidak bisa. Mataku terus saja terbelalak dan kesulitan untuk terpejam tidur dengan nyaman. Insomnia sudah lama sekali bergelut di badanku, entah apa masalahnya. Aku akui jujur saja aku sedang di dera banyak pikiran. Tesis, penelitian, bahkan sinta 2 yang tiba-tiba menjadi syarat lulus Cumlaude tidak luput seharipun dari kepalaku. Tapi, tidak apa-apa, aku mencoba menyelesaikannya satu per satu. Semoga semuanya bisa selesai dengan baik dan memuaskan ya.
Aku ingin berbagi kebahaagian, adiiku yang ke 4 (Desra Andeko) lulus tes UTBK di Fakultas Hukum menyusul si Pajri, adikku yang 3. Semoga ini menjadi perjalanan menempuh pendidikan untuk meraih impian yang membanggakan. Aamiin yaallah. Aku senang sekali, hari per hari, kondisi keluarga ku terus membaik, adik-adikku lancar di sekolah, aku dan adik ke 3 dan 4 ku pun lancar di perkuliahan. Semoga Allah lancarkan terus sampai kami meraih impian. Satu-satunya tujuan hidup yang kupunya adalah mewujudkan impianku, karena dengan itu ayah dan mama ku bangga, senang, gembira dan punya semangat hidup yang lebih baik. Itu saja tujuan ku sejauh ini.
Pujian orang lain, validasi eksternal, bahkan anggapan sosial bukanlah sesuatu yang penting melekat pada diriku, aku bahkan berpikir itu bukanlah sesuatu yang aku tuju, sehingga aku tidak pernah berharap untuk itu. Hal-hal tidak penting, bahkan segala sesuatu yang berbau dengan hal di luar kendali ku sangat tidak menarik untuk aku pertaruhkan. Kepala ku isinya hanya bagaimana caranya aku sampai pada cita-citaku supaya ayah dan mamaku bangga dan senang memiliki aku sebagai putri bungsunya, yang lain tentu hanya "embel-embel" yang tidak perlu diperhitungkan menurutku. Aku juga sejauh ini sangat menikmati jalanku, aku berjalan pada ukuran kakiku sendiri dengan ritme dan tempo yang mampu aku ikuti, aku tidak ingin punya perasaan untuk harus "bersaing" dengan orang lain, meski banyak orang yang ternyata mengganggap ku sebagai saingan. Aku berpikir bahwa setiap orang tentu punya kekeurangan dan kelebihan, kita hanya perlu memperbaiki diri supaya lebih baik dari diri kita sbeelumnya. Bukan dengan semangat untuk menjadi lebih baik daripada "seseorang" entitas lain. Karena, tentu itu penghakiman terkejam yang pernah terjadi jika itu dilakukan. Sovia tentu tidak bisa menyamai siapapun, entah itu latar belakang keluarga, bakat, minat, kemampuan dll. Lahipula, kita tidak pernah punya kapasitas yang sama dengan orang lain. Maka, semangat untuk "bersaing" dengan orang lain bukanlah sesuatu yang terlintas dibenakku. Capek sekali hidup dalam ukuran orang lain, berjalan dengan kaki yang memakai sepatu bukan dengan ukuran kaki sendiri, tentu sangat tidak nyaman.
Namun, hal-hal memuakkan bisa saja terjadi. Apapun upaya dan ikhtiar yang dilakukan bisa saja akan selalu disematkan sebagai "keberuntungan" bagi orang lain. Biarlah rupanya tidak semua orang bisa memahami arti berusaha dan kacamata setiap orang tentu tidak sama. Semangat Sovi, apapun yang terjadi kamu tidak boleh menyerah, apapun yang membelenggu kamu harus terus maju, ingatlah bahwa Allah maha melihat, tidak ada yang tidak mungkin. Bahkan, sekecil biji zarrah kebaikan akan dibalas oleh Allah, maka perkecil khawatir........ maybe it will be the last for me to see you..... meletakkanmu di sini saja, segala ketakutan dan kekhawatiran yang ternyata tidak pernah seburuk itu juga.....
Komentar
Posting Komentar